"Pecinan Makassar"



Awal
mula orang Cina pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia tidak dapat diketahui secara pasti. Tetapi dari fakta-fakta arkeologi dan informasi sejarah diketahui bahwa orang Cina sudah ada dan menetap di Makassar sejak dinasti Ming abad XIV. Hal ini diketahui berdasarkan indikasi pada tinggalan arkeologis berupa prasasti yang terdapat pada salah satu makam di kompleks pekuburan Cina tertua di sekitar Pasar Sentral.


Sumber lain yang juga juga menerangkan bahwa orang Cina datang ke Indonesia pada pemerintahan dinasti Tang abad XV. Kedatangan mereka memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap perkembangan masyarakat Indonesia. Umumnya masyarakat Cina merupakan pedagang yang singgah di pelabuhan-pelabuhan, kemudian menetap dan mendirikan pemukiman yang dikenal dengan istilah “pecinan”


Pada awal abad ke-18 (sekitar tahun 1930-an), Makassar terbentuk menjadi kota dagang dan administrasi. Banyak pendatang terutama yang berekonomi rendah tinggal di kampung-kampung dalam lingkungan keluarga orang-orang Asia. Sementara Vlaardingen berkembang dengan kondisi yang lebih baik. Kota Makassar pada abad ke-17 memperlihatkan kepada kita bahwa Vlaardingen berupa sebuah lingkungan pemukiman yang terdiri dari “kotak-kotak” segi empat. Pola tersebut dibentuk oleh jalur-jalur jalan membujur dari utara-selatan dan timur-barat. Empat diantara jalan-jalan yang membujur adalah: Cinastraat (Passerstraat) sekarang jalan Nusantara paling barat; Tuinstraat (Tempelstraat) sekarang jalan Irian; Middlestraat (sekarang jalan Bonerate) dan Burgherstraat (sekarang jalan Jampea).


Tuinstraat
merupakan salah satu jalan yang paling besar dibandingkan dengan jalan-jalan yang ada di kawasan Vlaardingen pada saat itu. Sedang bagian kota paling sibuk di Makassar pada zaman kolonial awal ini adalah Cinastraat yang kemudian diberi nama Passerstraat, yaitu sebuah jalan menyusur pantai Selat Makassar.

Sampai pada tahun 50-an, pola ruang kota Makassar tidak banyak mengalami perubahan. Struktur kota yang terbentuk dalam proses perkembangan sosial, ekonomi dan politik kolonial masih sama, terdiri dari pusat kota dikelilingi oleh kampung Cina, kawasan perdagangan dan bagian pinggiran berupa kampung-kampung pribumi. Perbedaannya hanyalah para pegawai pemerintah, perusahaan, pengusaha, militer Belanda atau Eropa lainnya yang masa sebelumnya menghuni kawasan eksklusif sudah tidak ada lagi. Pembagian kota menjadi empat bagian administratif, seperti pada zaman Belanda masih dipakai yaitu distrik Makassar, Wajo, Ujung Tanah dan Mariso. Untuk perkembangan, pemerintah menambah cakupan administrasinya pada daerah yang sebagian besar masih berupa sawah, ladang dan rawa di sebelah barat distrik Ujung Tanah (sekarang termasuk kecamatan Panakkukang). Distrik kelima dalam wilayah administrasi kota besar makassar ini memakai nama Karuwisi, nama sebuah kampung yang sudah ada sebelumnya.

2 komentar:

  1. Unknown mengatakan...
     

    tempelstraat bukan jl irian tetapi jl sulawesi

  2. Win_AxL mengatakan...
     

    Ijin Share ,.

Posting Komentar