Klenteng Pecinan Makassar


Klenteng Chu Su Kong
Klenteng ini berada pada posisi 119° 24’ 583” BT dan 5° 7’ 740”. Menempati areal tanah seluas 180,2 m². Secara administratif Klenteng Chu Su Kong terletak di jalan Lombok No. 32, Kelurahan Pattunuang, Kecamatan Wajo, Kotamadya Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan. Adapun batas-batas sebagai berikut:

· Sebelah utara : Jalan Timor
· Sebelah selatan : Hotel Dinasti
· Sebelah timur : Pemukiman penduduk
· Sebelah barat : Jalan Lombok

Klenteng Chu Su Kong oleh masyarakat Tionghoa dibangun untuk menghormati tokoh masyarakat yang dianggap berjasa dalam bidang kesehatan oleh masyarakat. Klenteng ini berperan sebagai media peribadatan bagi masyarakat tionghoa di makassar. Masyarakat Tionghoa di makassar percaya bahwa dengan meminta doa di klenteng ini dapat memberikan keselamatan dan kesembuhan dari berbagai penyakit yang diderita.

Klenteng Ibu Agung Bahari

Klenteng Ibu Agung Bahari terletak di pusat kota Makassar, tepatnya di sebelah barat poros Jalan Sulawesi No. 41, sudut selatan persimpangan jalan Serui yang merupakan wilayah masyarakat Tionghoa. Sebelum bernama Klenteng Ibu Agung Bahari, klenteng ini bernama Thian Hoo Kiang yang berarti Istana Ratu Langit

Pada awal pembangunan klenteng ini menghadap ke laut (barat) agar memudahkan para saudagar-saudagar untuk beribadah sampai pada masa Dinasti Mansyuri. Tetapi karena adanya kebijakan politik dari pemerintah Hindia Belanda maka arah hadap dari klenteng tersebut dirubah menghadap timur pada tahun 1738 M. Pemerintah Hindia Belanda khawatir bila orang Tionghoa telah berhasil maka mereka akan meninggalkan Makassar dan kembali ke kampung halamannya.

Orang Hindia Belanda mempunyai anggapan bahwa orang Tionghoa sebagai suatu potensi yang menguntungkan sehingga mereka melarang orang Tionghoa pulang ke kampung halamannya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pemerintah Hindia Belanda bermusyawarah dengan pemimpin orang Tionghoa. Hasil yang diperoleh dari musyawarah disepakati bahwa jalan satu-satunya arah hadap dari klenteng tersebut harus dirubah.

Setelah perubahan besar yang terjadi, orang Tionghoa yang percaya terhadap klenteng tersebut merasa takut berlayar. Menurut mereka Dewi Laut (Ma Co Po) atau Thian Hou tidak akan menolong melainkan akan murka terhadap mereka karena klenteng tersebut telah menyalahi prinsip kepercayaan Tionghoa. Prinsip kepercayaan mereka berdasarkan Feng Shui yaitu dihubungkan dengan lima unsur kepercayan Tionghoa yaitu : air, api, kayu, logam dan tanah.

Denah bangunan Klenteng Ibu Agung Bahari berbentuk empat persegi panjang dengan gaya arsitektur khas Tiongkok yang sangat megah. Ciri khas tersebut masih tampak jelas pada bentuk atap dan motif-motif dekoratifnya.

Data otentik tentang pembangunan Klenteng Ibu Agung Bahari.dapat dilihat pada dua buah prasasti yang terdapat pada bangunan paling depan klenteng tersebut. Batu peringatan (prasasti) tersebut terletak pada dinding sisi selatan dan utara bertanggal tahun ke-6 (1867).

Selain klenteng yang disebutkan di atas, masih ada 2 buah klenteng lagi yang juga perlu mendapatkan perhatian yaitu,. Klenteng Siang Ma dan Klenteng Kwang Kong.

1 komentar:

  1. Harmony mengatakan...
     

    Salam Kenal,
    Saya Andry Harmony, dari Harmony Chinese Music Group Bandung,
    melihat tampak mukanya persis betul dengan kelenteng besar Bandung, nanti coba akan saya kirim potretnya.

Posting Komentar